Bank Indonesia (BI) diperkirakan memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga acuan pada akhir tahun ini. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Juli 2024 mengalami deflasi sebesar -0,18% secara bulanan (month-to-month/mtm). Deflasi pada Juli 2024 melanjutkan tren deflasi pada Mei dan Juni 2024 yang masing-masingnya sebesar -0,03% dan -0,08% mtm.
Ekonom Bank Danamon Indonesia Hosianna Evalita Situmorang mengatakan bahwa deflasi pada periode tersebut terutama didorong oleh penurunan harga bahan makanan pokok seperti bawang merah, cabai merah, tomat, daging ayam ras, bawang putih, dan telur ayam ras. Dia menyampaikan pemerintah perlu memberikan perhatian pada pada harga beras, yang merupakan komoditas pokok, dengan ekspektasi kenaikan harga menyusul berakhirnya musim panen. Selain itu, indikator-indikator ekonomi domestik menunjukkan tren pelemahan, yang tercermin dari PMI Manufaktur Indonesia yang turun ke zona kontraksi untuk pertama kalinya pada Juli 2024 menjadi sebesar 49,3, sejak Agustus 2021. Secara global, kondisi ekonomi berubah menjadi dovish, dengan Federal Reserve yang mengisyaratkan potensi penurunan suku bunga mulai September 2024. “Akibatnya, ada spekulasi bahwa Bank Indonesia [BI] akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada akhir tahun ini,” katanya, Kamis (1/8/2024).
Pada kesempatan berbeda, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Mohammad Faisal melihat tren deflasi selama tiga bulan berturut-turut mengindikasikan ke arah pelemahan permintaan alias daya beli masyarakat. “Jadi, ini mengkonfirmasi apa yang sudah kami prediksikan di awal tahun bahwa di kuartal II/2024, setelah kuartal I/2024 ada pemilu dan lebaran, ini ada kecenderungan demand domestik mengalami penurunan,” kata dia. Mengacu data PMI Manufaktur Juli 2024, penyebab utama penurunan berasal dari permintaan pasar yang menurun drastis sehingga penjualan merosot untuk pertama kali dalam satu tahun terakhir.