Harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi diperkirakan berpotensi naik di tengah pelemahan nilai tukar rupiah dan tren kenaikan harga minyak mentah dunia. Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Mohammad Faisal menilai pemerintah cenderung menyesuaikan kembali harga BBM nonsubsidi setelah ditahan selama paruh pertama tahun ini. Faisal mensinyalir pelemahan rupiah yang dibarengi dengan tren penguatan harga minyak mentah dunia belakangan menjadi pertimbangan pemerintah untuk melepas harga bahan bakar komersial itu mengikuti harga pasar saat ini. “Menurut saya pada dasarnya pemerintah cenderung mencoba untuk menyesuaikan harga BBM,” kata Faisal saat dihubungi, Selasa (25/6/2024).
“Ada pelemahan nilai tukar rupiah ini membuat impor menjadi lebih mahal, lalu harga minyak mentah dunia juga sudah mulai bergerak naik,” tutur Faisal. Kendati demikian, menurutnya, pemerintah bakal tetap berhati-hati untuk menyesuaikan kembali porsi belanja subsidi dan kompensasi energi yang telah ditahan pada paruh pertama tahun ini. “Menjelang 2025 pergantian pemerintah ini akan semakin menyulitkan dalam hal alokasi untuk program-program baru,” kata dia.
Diberitakan sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah bakal melakukan pembahasan lebih lanjut terkait dengan nasib subsidi energi oleh pemerintah. Airlangga mengatakan bahwa perihal harga BBM, khususnya BBM nonsubsidi yang akan diberlakukan pada Juli 2024 ini hingga saat ini belum dilakukan pembahasan secara khusus. Hal ini dia sampaikan usai mengikuti Rapat Kabinet Paripurna bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan jajaran Kabinet Indonesia Maju (KIM) di Istana Negara, Senin (24/6/2024).