Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati meminta insentif harga gas khusus untuk membantu keekonomian proyek jaringan gas (jargas) rumah tangga selepas absennya pembiayaan APBN untuk program infrastruktur tersebut. Nicke mengatakan PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) atau PGN masih menggunakan asumsi harga gas di pasar untuk membangun ratusan sambungan rumah tangga baru tahun ini. Padahal tahun lalu, pemerintah telah berjanji memberikan harga gas khusus dari hulu untuk program jargas di level 4,72 per MMBtu.
“Kita perlu dukungan dari pemerintah agar pembangunan jargas ini masuk keekonomian, kalau sekarang tidak masuk karena ini harganya bukan harga gas khusus, ini sama dengan harga gas yang biasa,” kata Nicke saat acara Gathering Pemimpin Redaksi Media di Bali, Sabtu (22/6/2024). Padahal, kata Nicke, pemerintah belakangan tengah konsen untuk mengurangi beban impor yang relatif makin lebar dari pengadaan liquefied petroleum gas (LPG) 3 kilogram (kg) setiap tahunnya. “Di mana LPG ini lebih dari 50%-nya masih subsidi, harganya kan sangat jauh dari harga keekonomian,” kata Nicke.
Perusahaan pelat merah itu menargetkan pembangunan mencapai 117.701 sambungan rumah tangga sampai akhir 2024. Adapun, sampai triwulan pertama 2024, anggaran yang telah terserap mencapai US$2,4 juta untuk program infrastruktur gas tersebut. Adapun, PGN telah mengelola jargas sebanyak 820.000 sambungan per triwulan I/2024. Perinciannya, 584.000 sambungan dibangun menggunakan dana anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) dan sisanya menggunakan dana PGN. Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan target pembangunan jaringan gas rumah tangga atau jargas mencapai 2,5 juta sambungan tahun ini bakal meleset.