Indonesia sedang mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir atau PLTN. Bekerja sama dengan Amerika Serikat, Indonesia mendapat pembiayaan perjanjian hibah sebesar USS 2,3 juta atau Rp 34 miliar untuk pengembangan program. Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Edi Prio Pambudi mengatakan salah satu teknologi nuklir yang akan dimanfaatkan adalah reactor modular kecil atau Small Modular Reactor (SMR). Pengembangan pembiayaan akan dilaksanakan di Pantai Gasong, Provinsi Kalimantan Barat. Edi mengatakan diperlukan tambahan sumber energi yang bisa lebih cepat dan lebih tahan lama. Edi mengatakan, sejak 2023 pemerintah telah mengkaji teknologi penggunaan teknologi nuklir SMR untuk kepentingan suppai energi. Karena Indonesia memiliki smelter cukup banyak dan punya industri yang kapasitas listriknya besar, termasuk untuk semikonduktor.
Kerja sama dilakukan dengan Badan Perdagangan dan Pembangunan Amerika Serikat atau US Trade and Development Agency (USTDA). Pada 28 Februari lalu USTDA dan PLN Indonesia Power telah menandatangani kontrak bantuan teknis. Kajian pembangunan tersebut berisi 18 bab yang membahas evaluasi lokasi, soil test, sumber bahan bakar, grid impact, biaya komunikasi stakeholder dan kajian mitigasi risiko. Pada April 2024, AS mengajukan SMR sebagai salah satu area program kerja sama dalam perjanjian Indo-Pacific Economy Framework (IPEF) Pilar III atau energi bersih. Adanya pembahasan SMR dalam kerja sama IPEF diharapkan dapat membantu percepatan pengembangan SMR Nuklir di Indonesia. Selain AS, Edi mengatakan pemerintah juga membuka peluang kerja sama pembangkit listrik tenaga nuklir dengan Korea karena negara tersebut juga memiliki teknologi yang serupa.