Amerika Serikat (AS) akhirnya menyetujui lagi untuk mengirimkan bantuan senjata militer ke Israel. Pemerintahan Joe Biden tersebut dilaporkan melanjutkan kesepakatan senjata baru untuk Israel senilai lebih dari $1 miliar (Rp 15,9 Triliun). Para pejabat AS mengatakan bahwa pemerintahan Biden memberi tahu Kongres pada hari Selasa (14/5/2024) bahwa mereka bergerak maju dengan kesepakatan senjata baru untuk Israel. Kesepakatan bantuan paket senjata besar-besaran ini terjadi kurang dari seminggu setelah AS menghentikan pengiriman bom. Di mana penghentian itu sehubungan dengan rencana serangan darat Israel di Rafah. Kesepakatan senjata tersebut mencakup potensi transfer amunisi tank senilai $700 juta (11,1 triliun), kendaraan taktis senilai $500 juta (Rp 7,9 triliun), dan mortir senilai $60 juta (Rp 900 miliar).
Tak hanya itu AS juga menyebut bahwa yang terjadi di Gaza bukanlah Genosida. Penasihat Keamanan Nasional pemerintah AS, Jake Sullivan, mengatakan dalam pernyataan ‘Pembaruan Timur Tengah’ pada konferensi pers. “Kami tidak percaya apa yang terjadi di Gaza adalah genosida. Kami dengan tegas menolak usulan itu,” ujarnya. “Kami terus mengirimkan bantuan militer, dan kami akan memastikan bahwa Israel menerima jumlah penuh yang diberikan sebagai tambahan.” Sullivan berdalih mengapa AS sempat menghentikan pengiriman bom seberat 2.000 pon ke Israel, hal itu karena AS tidak yakin bom tersebut harus dijatuhkan di kota-kota padat penduduk. Sullivan juga menyebut Pemerintahan AS masih bekerja sama dengan Israel untuk menemukan cara yang lebih baik untuk memastikan kekalahan Hamas di mana pun di Gaza, termasuk di Rafah.