Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan Indonesia pada April 2024 surplus sebesar US$3,56 miliar atau turun US$1,02 miliar. Dengan kinerja itu, maka neraca perdagangan RI sudah surplus selama 48 bulan berturut-turut atau 4 tahun beruntun. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini mengatakan, surplusnya neraca perdagangan RI ini tercatat lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya atau bulan yang sama pada tahun 2023. “Pada April 2024 neraca perdagangan barang mencatat surplus US$3,56 miliar atau turun US$1,02 miliar secara bulanan. Dengan demikian neraca perdagangan Indonesia telah mencatat surplus 48 berturut-turut sejak Mei 2020 atau selama 4 tahun beruntun,” kata Pudji dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu, 15 Mei 2024.
Pudji menjelaskan, surplus neraca dagang ini ditopang oleh komoditas non migas sebesar US$ 5,17 miliar. Dalam hal ini komoditas penyumbang utama surplus adalah bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan atau nabati, serta besi dan baja. Di sisi lain, Pudji mengungkapkan bahwa pada April 2024 ini neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit sebesar US$1,61 miliar. Adapun komoditas penyumbang defisit, yakni hasil minyak dan minyak mentah. Pudji melanjutkan, berdasarkan negaranya, pada April ini Indonesia mengalami surplus dengan India sebesar US$1,46 miliar, Amerika Serikat surplus US$1,09 miliar, Filipina US$0,70 miliar.