Bank Indonesia merilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) bulan April 2024 yang melesat ke angka 127,7. Posisi tersebut lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya 123,8. Kenaikan IKK sebenarnya menjadi sentimen positif bagi pasar modal domestik. Namun, Direktur Panin Asset Management Rudiyanto mengatakan, data IKK tersebut tidak cukup kuat untuk menumbuhkan kepercayaan diri pelaku pasar baik domestik dan global untuk menanamkan modal di Indonesia. Menurut Rudi, kenaikan IKK bulan April yang tinggi tersebut, disebabkan adanya momentum pemilu serta banyak hari libur (Lebaran). “Kombinasi dari hal tersebut membuat sentimen keyakinan konsumen menjadi tinggi,” ujarnya kepada B Universe di Bursa Efek Indonesia pada Senin (13/05/24).
Saat ini, lanjut Rudi, perhatian pasar tengah tertuju pada laporan kinerja keuangan emiten dalam negeri dan data inflasi Amerika Serikat yang akan dirilis pada pekan ini. “Kalau dilihat dampaknya terhadap laporan keuangan, nyatanya laporan keuangan Q1 itu kurang bagus. Jadi dampak ke pasar modal menurut saya masih terbatas karena yang dilihat oleh orang-orang itu bukan indeks keyakinan konsumen tapi laba bersih dari perusahaan,” tambah Rudi. Laporan keuangan tersebut, kata Rudi, menjadi penyebab posisi pasar saham Indonesia bergejolak. Terutama pada bank-bank buku empat yang menjadi penggerak utama IHSG.
Dikatakan Rudi, pelaku pasar seakan “dimanjakan” dengan laporan keuangan para big banks tahun lalu yang melonjak hingga puluhan persen. Namun ketika laporan keuangan kuartal pertama tahun ini tidak mencapai ekspektasi, pelaku pasar menjadi tidak percaya diri. Padahal fundamental perusahaannya masih stabil. “Fundamental empat bank besar tersebut tidak ada yang meragukan. Harganya mahal orang juga beli. Tapi harga mahal itu bisa dicapai kalau labanya tumbuh tinggi. Yang jadi masalah kalau labanya tumbuh tinggi tahun lalu tapi tahun ini tidak. Itu yang menyebabkan ketika saham bank harganya turun sepertinya tidak ada investor yang berani beli banyak seperti biasa,” pungkasnya.