Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengatakan militer tidak akan pernah sepenuhnya menarik diri dari Jalur Gaza, Selasa (23/12/2025). Menurut Israel Katz, hal itu karena alasan keamanan dan bahwa unit tentara sipil-militer akan dibentuk di wilayah Palestina tersebut. Padahal, menurut rencana perdamaian yang didukung Amerika Serikat (AS) dan ditandatangani oleh Israel dan Hamas pada Oktober 2025, militer Israel secara bertahap akan menarik diri sepenuhnya dari Gaza. Selain itu, Israel tidak akan membangun kembali permukiman sipil di wilayah pesisir tersebut.
Dengan masih tersisa satu sandera di Gaza, fase pertama gencatan senjata yang dimediasi AS dalam perang antara Israel dan Hamas hampir selesai, setelah proses selama dua bulan yang diwarnai penundaan dan saling menyalahkan. Kini, para pemain kunci akan beralih ke fase kedua yang jauh lebih rumit yang dapat membentuk kembali Timur Tengah. Rencana 20 poin Presiden AS Donald Trump menjabarkan visi ambisius untuk mengakhiri kekuasaan Hamas di Gaza. Jika berhasil, rencana ini akan mencakup pembangunan kembali Gaza yang didemiliterisasi di bawah pengawasan internasional, normalisasi hubungan antara Israel dan dunia Arab, serta kemungkinan jalan menuju kemerdekaan Palestina.
Saat ini, Israel masih menguasai lebih dari setengah wilayah Gaza. Rencana tersebut menyatakan bahwa penarikan lebih lanjut akan didasarkan pada “standar, tonggak pencapaian, dan jangka waktu yang terkait dengan demiliterisasi” yang akan dinegosiasikan oleh Israel, AS, pasukan internasional, dan “penjamin” lainnya. Tidak ada jadwal pasti untuk penarikan lebih lanjut, dan Israel mungkin menolak untuk mundur lebih jauh.