Perdana Menteri sekaligus Menteri Luar Negeri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani, pada Rabu (29/10) menyampaikan kekecewaan dan rasa frustrasi atas pelanggaran gencatan senjata di Gaza. Al-Thani juga mengungkapkan bahwa Qatar segera melakukan koordinasi penuh dengan Amerika Serikat untuk menangani situasi tersebut. Dia mengatakan bahwa selama proses gencatan senjata berlangsung, Qatar telah menyaksikan banyak pelanggaran, meski sebagian besar tidak dilaporkan karena dianggap tidak signifikan.
Al-Thani mengatakan insiden pada Selasa (28/10) adalah pelanggaran dari pihak Palestina, meski Hamas menyangkal melakukan serangan yang menyebabkan seorang tentara Israel tewas di kota Rafah, Gaza selatan. “Saya yakin apa yang terjadi kemarin merupakan pelanggaran,” kata Al-Thani, seraya menambahkan bahwa “kedua pihak terlibat mengakui bahwa gencatan senjata tetap harus berjalan dan mereka harus mematuhi perjanjian tersebut.”
Pernyataannya muncul setelah tentara Israel menewaskan lebih dari 100 warga Palestina, termasuk 46 anak-anak, di Jalur Gaza sejak Selasa malam, melanggar perjanjian gencatan senjata yang berlaku sejak 10 Oktober, menurut Kementerian Kesehatan Gaza. Serangan Zionis Israel yang kembali terjadi juga melukai 253 orang, termasuk 78 anak-anak dan 84 perempuan, tambah kementerian tersebut. Data kementerian menunjukkan bahwa sejak gencatan senjata berlaku pada 10 Oktober, sedikitnya 211 orang tewas dan 597 lainnya luka-luka akibat serangan Israel.