Flu burung kini telah berkembang menjadi krisis global yang berdampak luas terhadap kesehatan, perdagangan, pertanian, dan ekosistem dunia. Data terbaru dari Organisasi Dunia untuk Kesehatan Hewan (WOAH) menunjukkan lonjakan tajam kasus flu burung pada mamalia sepanjang tahun 2024. Mengutip dari Euro News, Senin (26/5/2025), sebanyak 1.022 wabah tercatat, dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Selain itu, tercatat 943 wabah pada unggas dan 2.570 pada spesies non-unggas, termasuk 1.548 kasus pada burung liar.
Wabah ini menyebabkan kematian lebih dari 82,1 juta unggas dalam satu tahun. Jika ditarik lebih jauh, sejak dua dekade terakhir lebih dari 633 juta burung telah hilang akibat infeksi atau pemusnahan sebagai upaya pengendalian. WOAH mencatat bahwa flu burung tidak lagi bersifat musiman atau terbatas secara geografis. Sejak 2022, virus ini telah menyebar secara global dan menginfeksi spesies burung liar, dan unggas domestik.
Selain itu, virus ini juga semakin banyak menginfeksi spesies mamalia, termasuk hewan ternak dan peliharaan. Kondisi ini mendorong WOAH menyatakan bahwa flu burung telah berkembang menjadi darurat global. Ancaman yang ditimbulkan tidak hanya terhadap kesehatan hewan, tetapi juga terhadap ketahanan pangan, perdagangan, dan stabilitas ekosistem. Yang mengkhawatirkan, dalam beberapa kasus virus ini juga telah menular ke manusia.
Di Amerika Serikat, wabah flu burung yang menyerang unggas dan sapi perah telah menyebabkan 67 kasus infeksi pada manusia dan satu kematian. Virus juga dilaporkan menginfeksi sapi, menjadikannya kasus pertama yang melibatkan ternak jenis ini. Meskipun risiko penularan ke manusia saat ini masih tergolong rendah, WOAH tetap memberikan peringatan. Semakin banyak mamalia yang terinfeksi meningkatkan peluang virus beradaptasi untuk menular antar-mamalia dan bahkan antar-manusia. Hal tersebut dapat membuka potensi krisis kesehatan masyarakat yang lebih besar di masa mendatang. WOAH menegaskan langkah-langkah pengendalian tradisional seperti biosekuriti ketat dan pengawasan aktif kini tidak lagi memadai untuk menanggulangi penyebaran virus.
Oleh karena itu, vaksinasi dianggap sebagai solusi tambahan yang penting dalam menghadapi skala dan kompleksitas wabah saat ini. Vaksin tidak hanya dapat mengurangi penyebaran, tetapi juga menurunkan tingkat keparahan infeksi. Selain vaksinasi pada hewan, beberapa negara juga mulai mengambil langkah pencegahan untuk manusia. Finlandia menjadi negara di dunia pertama yang menerima vaksin ini dan melaksanakan vaksinasi pada manusia.