Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyatakan bahwa Amerika Serikat memahami keputusan Indonesia untuk bergabung secara resmi dengan kelompok BRICS. Pemahaman ini telah disampaikan oleh Presiden Prabowo Subianto saat kunjungannya ke Gedung Putih pada 12 Desember 2024. Selain itu, AS mendukung upaya Indonesia menjadi anggota Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), serta memperkuat hubungan bilateral melalui kerangka kerja Indo-Pacific Economic Framework (IPEF) yang telah diratifikasi oleh Presiden Prabowo. Indonesia juga mengambil langkah strategis untuk menghadapi dinamika geopolitik, terutama menjelang pelantikan Donald Trump sebagai Presiden AS pada 20 Januari 2025. Salah satu langkahnya adalah bergabung dalam Critical Mineral Alliance, yang sebelumnya diajukan secara bilateral oleh AS dan kini berpotensi melibatkan Kanada dan Australia. Langkah ini bertujuan untuk melindungi kepentingan ekonomi Indonesia di tengah ketegangan antara AS dan Tiongkok.
Pada bidang teknologi, Indonesia ditunjuk oleh AS sebagai salah satu dari tujuh negara yang dapat mengembangkan ekosistem semikonduktor, membuka peluang besar untuk memperkuat peran Indonesia dalam rantai pasok teknologi global. Namun demikian, tantangan tetap ada, terutama dalam akses pasar ke AS, di mana produk ekspor Indonesia seperti garmen dan alas kaki masih dikenakan tarif 10 hingga 20 persen, berbeda dengan Vietnam yang mendapatkan tarif nol persen. Airlangga menekankan bahwa meskipun terdapat hambatan tarif, Indonesia berhasil mempertahankan akses pasar ke AS. Namun, upaya untuk mengurangi hambatan ini tetap menjadi prioritas agar produk Indonesia dapat lebih kompetitif di pasar internasional, sekaligus memperkuat hubungan ekonomi kedua negara.