Pengamat ekonomi, Andri Perdana menilai ancaman tarif tambahan Presiden AS Donald Trump bertujuan menekan dominasi Tiongkok. Ia menyebut kebijakan Trump tersebut berakar pada persaingan geopolitik ekonomi antara AS dengan Tiongkok yang semakin memanas.
Ia menegaskan bahwa tarif baru ini dapat merugikan pelaku industri ekspor Indonesia secara signifikan. Menurutnya, keputusan tersebut muncul karena Indonesia dianggap terlalu dekat dengan Blok BRICS. Lebih lanjut, Andri mengatakan bahwa Pemerintah Indonesia harus bersikap lebih strategis dalam merespons tekanan AS. Ia menyebut Washington juga punya kepentingan mempertahankan relasi dagang yang menguntungkan dengan Indonesia.
Andri juga menjelaskan bahwa sektor tekstil menjadi industri Indonesia yang paling terdampak akibat potensi kenaikan tarif ini. Menurutnya, barang ekspor Indonesia kerap dituduh berasal dari Tiongkok sebelum diekspor ke AS Ia menekankan perlunya diplomasi dagang yang cermat agar Indonesia tidak menjadi korban tekanan geopolitik. Untuk itu, Andri menyarankan agar Indonesia tetap bermain aman tanpa terlalu memihak dalam konflik dagang global.