Rentetan bencana yang terjadi di Jateng sejak Januari hingga pertengahan Maret 2024 menyebabkan puluhan ribu warga Jateng mengungsi. Bahkan Pj Gubernur Jateng Nana Sudjana menyebut ada 226.601 orang terdampak, 36.086 orang mengungsi, dan 15 orang meninggal dunia akibat bencana hidrometeorologi.
Nana juga mengatakan, Jateng merupakan daerah yang rawan bencana. Ia pun merinci, dalam kurun waktu satu pekan, sejak 8 Maret hingga 14 Maret 2024, telah terjadi 30 bencana besar di Jateng. Tercatat sebanyak 14 bencana banjir dan 16 kejadian angin kencang terjadi di 20 kabupaten kota di Jateng. Menurut Nana, seluruh tanggul sungai yang ada di Jateng perlu dievaluasi. Hal ini sebagai langkah antisipasi tanggul jebol akibat tidak kuat menahan debit air yang tinggi. Berdasarkan data kejadian banjir dalam sepuluh hari terakhir di Jateng, salah satu penyebabnya adalah jebolnya tanggul sungai atau bendungan. Misalnya kejadian di Kabupaten Pekalongan, Grobogan, Demak dan Jepara.
Sejumlah penggiat lingkungan soroti regulasi tata ruang di Jateng, pasalnya amburadulnya penataan wilayah berdampak pada kerusakan lingkungan. Kondisi tersebut dikarenakan pembangunan Kawasan Industri (KI) di beberapa wilayah di Jateng semakin masif. Selain itu, abrasi semakin masif terjadi di pesisir sepanjang pantura Jateng. Bahkan, setiap tahunnya mencapai 2-3 kilometer.