Tiga Biang Kerok Banyak Ritel Raksasa di RI Bangkrut

Sejumlah penyebab utama telah diidentifikasi sebagai pemicu bangkrutnya berbagai ritel modern di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir. Diketahui bahwa banyak ritel hanya berfokus pada aspek penjualan tanpa menawarkan pengalaman berbelanja yang menyeluruh bagi konsumen, sehingga dinilai kalah bersaing dengan pelaku UMKM. Selain itu, pola konsumsi masyarakat telah berubah dari belanja bulanan menjadi belanja mingguan dalam jumlah kecil, yang menyebabkan preferensi belanja bergeser ke ritel yang lokasinya lebih dekat. Ketidakmampuan pusat perbelanjaan dan department store dalam memenuhi kebutuhan hiburan konsumen juga disebut sebagai faktor tambahan yang mempercepat penurunan kunjungan. Misalnya tidak ada tempat untuk makan, untuk nongkrong, untuk ngumpul, ya akan sepi pengunjung.

Di sisi lain, fenomena tutupnya ratusan gerai besar seperti yang dialami oleh Alfamart, yang menutup lebih dari 400 gerai selama 2024, menunjukkan dinamika industri yang tidak hanya dipengaruhi oleh performa bisnis tetapi juga strategi ekspansi. Meskipun terjadi penutupan, beberapa jaringan ritel tetap memperluas operasional melalui pembukaan gerai baru di lokasi lain. Dalam beberapa kasus, penutupan gerai dilakukan karena proses pengambilalihan oleh perusahaan lain, sehingga gerai tetap beroperasi di bawah merek yang berbeda. Kondisi ini menggambarkan adanya pergeseran lanskap ritel yang menuntut adaptasi terhadap perilaku konsumen dan inovasi pengalaman berbelanja. Artinya gerai-gerai supermarket ini nantinya akan tetap buka, namun dengan brand ritel lain.

Search