Pria yang akrab disapa Buwas menyebutkan, kenaikan harga beras yang terjadi belakangan ini karena adanya persaingan pengusaha beras. Hal itu membuat pemerintah dan Bulog akhirnya mengubah skema operasi pasar. Kata Budi, jika sebelumnya operasi pasar dilakukan dalam bentuk beras curah dan ke Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), kini Bulog mengubah skema operasi pasar lewat penyaluran ke ritel modern dan pasar tradisional dengan beras kemasan.
Dengan skema operasi pasar yang menyasar langsung ke masyarakat, Budi berharap akses masyarakat ke harga beras yang terjangkau bisa benar benar tersalurkan. Sebab, salah satu kenaikan harga beras juga dipicu adanya penurunan produksi sebesar 5 persen. Produksi beras nasional mengalami penurunan karena dampak El Nino. Secara umum pada 2023, BMKG memprediksi puncak El Nino terjadi pada Oktober 2023.
Meski produksi beras turun, Budi juga memastikan pemerintah belum akan menambah kuota impor beras. Budi mengatakan, pemerintah akan lebih dulu memaksimalkan serapan produksi dalam negeri. Budi mengatakan, saat ini pemerintah sangat cermat berhitung dalam menetapkan kuota impor. Pemerintah tak ingin kebijakan impor justru merugikan petani dalam negeri. Hingga kini, impor beras yang telah terealisasi oleh Bulog sebanyak 1,6 juta ton beras dari total penugasan 2,3 juta ton. Jumlah total itu terdiri atas 300 ribu ton sisa penugasan pada 2022 dan 2 juta ton dari penugasan 2023.