Deputi III Kepala Staf Kepresidenan Edy Priyono menyebutkan, realisasi impor yang rendah menyebabkan harga bawang putih mahal. Adapun realisasinya hingga 8 Mei lalu sebanyak 113.477 ribu ton atau 34,7 persen dari izin yang diteribitkan. “Kita telah memanggil pihak terkait. Terkonfirmasi sebenarnya penyebabnya realisasi impor masih sangat rendah,” ucapnya dalam rekaman suara yang diterima RRI, Kamis (16/5/2024).
Menurut Edy, salah satu penyebab rendahnya realisasi impor lantaran sebagian besar pelaku usaha merupakan importir baru. Sehingga membutuhkan waktu lebih lama untuk melakukan impor. Di sisi lain kebutuhan bulanan untuk bawang putih mencapai Rp50 ribu ton. Itu artinya hingga akhir Mei 2024 seharusnya sudah ada sebanyak 250 ribu ton bawang putih yang datang di Indonesia.
Adapun berdasar data kuota impor bawang putih sepanjang 2024 sebanyak 645.025 ton. Perizinan impor komoditas tersebut diberikan kepada sebanyak 33 pelaku perusahaan.