Indonesia merencanakan penambahan kapasitas listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) sebesar 75 Giga Watt (GW) hingga tahun 2040. Rencana tersebut merupakan bagian dari transisi energi menuju pembangunan yang lebih ramah lingkungan di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto. Menurut Utusan Khusus Presiden untuk Perubahan Iklim dan Energi, Hashim Djojohadikusumo, dari total target penambahan lebih dari 100 GW kapasitas energi, sekitar 75% akan berasal dari EBT, 5 GW dari nuklir, dan sisanya dari gas. Langkah ini bertujuan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Direktur Utama PT PLN (Persero), Darmawan Prasodjo, menyebut rencana ini menjadi peluang besar untuk menciptakan sumber energi bersih yang terjangkau serta mendorong terciptanya lapangan kerja baru. Selain itu, PLN bersama pemerintah dan lembaga internasional seperti International Energy Agency juga telah merencanakan pembangunan jaringan transmisi listrik sepanjang 70.000 km hingga 2040. Infrastruktur ini diharapkan mendukung distribusi energi yang lebih merata, sejalan dengan target pemerintah untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8%.
Hingga akhir 2023, kapasitas pembangkit listrik berbasis EBT di Indonesia tercatat mencapai 13.155 MW, dengan pertumbuhan rata-rata 6% per tahun dalam lima tahun terakhir. Namun, bauran EBT di Indonesia baru mencapai 13,09%, sementara target pemerintah adalah mencapai 23% pada 2025. Langkah strategis ini menunjukkan komitmen Indonesia untuk meningkatkan kontribusi EBT dalam bauran energi nasional, mempercepat transisi energi, serta mendukung pencapaian tujuan iklim global.