Petani kecil atau gurem memainkan peran krusial dalam ketahanan pangan dunia, menghasilkan hingga 80 persen dari total produksi pangan global. Namun, komunitas internasional masih kurang memberikan perhatian terhadap mereka. Direktur Divisi Lingkungan, Iklim, Gender, dan Inklusi Sosial IFAD, Juan-Carlos Mendoza, menyebutkan bahwa petani kecil hanya menerima kurang dari 0,8 persen pendanaan global. Padahal, investasi dalam kesehatan tanah dan pemulihan lahan mereka dapat memberikan manfaat sosial, lingkungan, dan ekonomi hingga delapan kali lipat dari jumlah yang diinvestasikan.
Pendanaan yang diperlukan bagi petani kecil mencakup praktik regeneratif seperti agroekologi, rotasi tanaman, penggunaan pupuk organik, dan teknik pengolahan tanah berkelanjutan. Selain itu, pengelolaan air yang efisien melalui irigasi dan penyimpanan juga menjadi kunci. Dengan memanfaatkan teknologi seperti penginderaan jarak jauh dan analisis data tanah, petani dapat menentukan jenis tanaman, waktu tanam, serta masukan organik yang optimal untuk meningkatkan produktivitas. Namun, akses petani gurem terhadap pengetahuan dan sumber daya ini masih sangat terbatas dibandingkan produsen skala besar.
Abdulhakim Elwaer dari FAO menekankan bahwa petani kecil adalah tulang punggung ketahanan pangan di hampir seluruh wilayah dunia. Sayangnya, mereka sering terpinggirkan dari akses pendanaan dan dukungan yang memadai, berbeda dengan produsen besar yang lebih mampu mengikuti kebutuhan pasar. Oleh karena itu, pembiayaan dan dukungan teknologi yang lebih besar diperlukan untuk memperkuat kapasitas petani kecil, sehingga mereka dapat terus memenuhi kebutuhan pangan global secara berkelanjutan.