Presiden Prabowo Subianto dijadwalkan meresmikan layanan Bank Emas pertama di Indonesia pada siang hari ini, yang bertempat di The Gade Tower, Jakarta Pusat. Inisiatif ini merupakan bagian dari strategi nasional untuk memperkuat industri emas dalam negeri, sejalan dengan kebijakan hilirisasi yang telah dicanangkan dalam Asta Cita Kabinet Merah Putih. Keberadaan Bank Emas diharapkan mampu memberikan kontribusi nyata terhadap stabilitas sektor keuangan dan memperkuat perekonomian nasional melalui optimalisasi aset emas.
Dalam konteks ekonomi yang lebih luas, kehadiran bank ini diharapkan dapat menjadi instrumen strategis untuk mendukung hilirisasi sektor emas, meningkatkan nilai tambah di dalam negeri, serta mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Kajian dari McKinsey menunjukkan bahwa aktivitas usaha berbasis bullion diproyeksikan mampu menyumbang tambahan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia hingga ratusan triliun rupiah dalam beberapa tahun mendatang. Selain itu, bank ini juga diharapkan menarik investasi besar dan meningkatkan peredaran uang dalam sistem ekonomi nasional.
Lebih lanjut, pemerintah menempatkan proyek ini dalam ekosistem ekonomi yang lebih luas, termasuk melalui Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik. Smelter milik PT Freeport Indonesia yang beroperasi di kawasan tersebut diproyeksikan menghasilkan emas sebagai produk sampingan dari pemurnian tembaga, dengan kapasitas produksi tahunan yang cukup signifikan. Langkah ini tidak hanya bertujuan mengurangi ketergantungan terhadap impor emas, tetapi juga membuka peluang efisiensi ekonomi yang signifikan, termasuk potensi penghematan devisa dalam jumlah besar setiap tahunnya.
