Pengelolaan Sampah Belum Maksimal, Yogya Canangkan Olah Sampah Organik dari Rumah

Persoalan sampah masih menjadi pekerjaan rumah bagi Kota Yogyakarta. Berbagai upaya pun dilakukan untuk mengatasi sampah perkotaan yang tidak kunjung terselesaikan. Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta pun mencanangkan gerakan olah sampah organik dari rumah ‘Organikkan Jogja, Olah Sampah Seko Omah’, sebagai peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) tahun 2024. Gerakan ini dicanangkan guna memperkuat upaya pengolahan sampah yang selama ini juga telah berjalan.

Pemkot Yogyakarta sendiri sebelumnya telah menggencarkan Gerakan Zero Sampah Anorganik dan Mbah Dirjo sejak 2023 lalu. Mesi begitu, gerakan tersebut dinilai masih membutuhkan banyak dukungan dari seluruh pihak. Hal ini mengingat masih banyaknya sampah yang belum terkelola dengan baik dari tiap rumah tangga, terutama sampah organik. Untuk itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta, Sugeng Darmanto mengatakan 2024 ini merupakan momentum penting dalam pengarusutamaan isu pengelolaan sampah.

Dikatakan Sugeng, Kota Yogyakarta termasuk dalam kabupaten/kota di DIY yang terdampak pembatasan kuota pembuangan sampah di TPA Regional Piyungan. Pembatasan ini didasarkan pada perhitungan bahwa zona transisi 2 di TPA Piyungan hanya akan bertahan hingga akhir Maret tahun ini. Untuk itu, tegas Sugeng, diharapkan kesadaran dan kepedulian semua pihak agar berperan aktif dalam pengelolaan sampah khususnya di Kota Yogyakarta. Hal ini dapat dimulai dari yang paling sederhana yakni memilah sampah dari sumbernya. Disampaikan Sugeng, persentase sampah organik di Kota Yogyakarta mencapai sekitar 52 persen. Artinya, sampah yang ada di Kota Yogyakarta dominasi oleh sampah organik, sehingga harus dikelola. Melalui Gerakan Mbah Dirjo, Sugeng menyebut mampu mengurangi sampah sekitar 50 ton per hari. Sedangkan, dengan Gerakan Zero Sampah Anorganik dapat mengurangi sampah sekitar 100 ton.

Search