Ekuador diguncang teror usai gembong narkoba sekaligus gengster terkenal Jose Adolfo Macius atau Fito kabur dari penjara. Fito kabur dari penjara super ketat di Guayaquil pada Minggu (7/1/2024). Kaburnya Fito berdampak kepada kerusuhan di sejumlah penjara di Ekuador. Kelompok bersenjata menyandera petugas sipir, dan menyerbu sebuah stasiun televisi di kota pelabuhan Guayaquil.
Aksi teror di kota, juga berdampak kepada wilayah yang jauh dari lokasi teror. Seorang warga negara Indonesia di Provinsi Loja, Fransiska Sinatrawan mengatakan wilayahnya jauh dari konflik. Namun ada upaya dari oknum tertentu untuk menciptakan rasa takut dengan membakar mobil. “Pada Selasa kemarin kami panik. Ada oknum yang berusaha memberikan atau menimbulkan panik bagi masyarakat dengan membakar atau mengebom empat unit mobil,” kata Fransiska dalam perbincangan bersama Pro3 RRI, Minggu (14/1/2024).
Diakui, masyarakat sempat khawatir dengan aksi teror tersebut. Saat ini, situasi kembali normal dan masyarakat sudah beraktivitas seperti biasa. Fransiska menegaskan Ekuador adalah negara aman dan indah. Seperti di negara lain, kejahatan dominan di kota- kota besar. Begitu pula dengan Ekuador, hanya wilayah tertentu yang rawan kriminalitas termasuk kejahatan oleh kartel narkoba. Adapun wilayah ‘zona merah’ rawan kriminalitas adalah di kota-kota besar seperti ibu kota Quito dan Quayaquil. Pemerintah Indonesia memastikan WNI yang berjumlah 48 orang di Ekuador, dalam keadaan aman. Presiden Ekuador, Daniel Noboa mengumukan status keadaan darurat hingga 60 hari kedepan dan perang melawan kartel narkoba. Jam malam diberlakukan mulai pukul 23.00 hingga 05.00 waktu setempat. Presiden Noboa berjanji akan menindaktegas pelaku teror.