Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk meningkatkan swasembada pangan dengan memangkas kuota impor sejumlah komoditas pada 2025. Kuota impor garam industri dikurangi menjadi 1,7 juta ton dari permintaan awal sebesar 2,5 juta ton, sementara impor jagung industri dipangkas menjadi 900.000 ton dari permintaan 1,7 juta ton. Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan menjelaskan bahwa pengurangan kuota ini bertujuan untuk mendorong industri dalam negeri mengolah sumber daya lokal agar dapat memenuhi kebutuhan industri dan mengurangi ketergantungan impor.
Selain itu, pemerintah juga memastikan tidak akan mengimpor empat komoditas utama pada 2025, yakni beras konsumsi, gula konsumsi, garam konsumsi, dan jagung pakan ternak. Produksi beras ditargetkan mencapai 32 juta ton dengan kebutuhan sebesar 31 juta ton, sehingga menghasilkan surplus yang signifikan. Demikian pula, produksi gula konsumsi diproyeksikan mencapai 2,6 juta ton, melampaui kebutuhan nasional. Langkah ini sejalan dengan program penguatan sektor pertanian melalui peningkatan kualitas bibit, manajemen perkebunan, dan kerja sama dengan UKM.
Keputusan ini mencerminkan arahan Presiden Prabowo Subianto untuk mewujudkan swasembada pangan dalam tiga hingga empat tahun ke depan. Dengan proyeksi surplus di berbagai komoditas, seperti jagung pakan ternak yang diproduksi hingga 16,683 juta ton dibanding kebutuhan 13 juta ton, pemerintah optimistis dapat mendukung ketahanan pangan nasional dan bahkan membuka peluang ekspor. Upaya ini diharapkan tidak hanya memperkuat perekonomian dalam negeri, tetapi juga mengurangi tekanan pada neraca perdagangan.