Pemerhati: Faktor Ekonomi Penyebab Tingginya Tingkat Putus Sekolah

Pemerhati pendidikan, Andy Karyasa Wayan mengungkapkan, faktor ekonomi menjadi penyebab tingginya tingkat putus sekolah di Indonesia. Menurutnya, kebanyakan anak putus sekolah berada di pelosok-pelosok daerah di Indonesia. Andy menyebut kendala tingginya tingkat putus sekolah, salah satunya karena jarak tempuh ke sekolah yang jauh. Ia mengatakan, masalah jarak tempuh ke sekolah ini menjadi faktor utama anak-anak tersebut putus sekolah. Jika ingin bersekolah mereka harus naik motor. Andy memperkirakan anak-anak yang putus sekolah kebanyakan hanya tamat SMP. Menurutnya, kebanyakan anak putus sekolah berada di  wilayah perdesaan.

Selain itu, menurutnya, tingginya tingkat putus sekolah juga disebabkan persepsi dari orang tua bahwa pendidikan itu tidak penting. Jadi ketika anaknya malas sekolah orang tua menyarankan untuk bekerja, itu lebih baik dari pada mengeluarkan uang. Terkait hal itu, pihaknya memberikan bantuan kepada anak-anak putus sekolah ini dengan bantuan biaya sekolahnya. Menurutnya, banyak para orang tua yang tidak menyekolahkan anaknya karena uang pangkal yang mahal. Di sisi lain, ia mengapresiasi mengenai anggaran untuk pendidikan sebesar Rp612 triliun pada tahun 2023. Menurutya, anggaran Rp612 triliun telah didistribusikan ke daerah-daerah. 

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, pemerintah telah mengalokasikan anggaran untuk pendidikan sebesar Rp612 triliun pada tahun 2023. Menurut konstitusi, Menkeu Sri mengatakan Pemerintah Indonesia harus membelanjakan 20 persen dari anggaran untuk pendidikan. Ia mengatakan, anggaran ini dialokasikan baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.  Sebagian besar anggaran pendidikan, ujarnya, dialokasikan untuk mendukung pendidikan dasar hingga sekolah menengah, karena komposisi demografi Indonesia yang masih didominasi oleh usia muda.

Search