Narasi bahaya Bisfenol A (BPA) dalam kemasan galon air minum masih minim bukti ilmiah. Hal ini karena penelitian tentang BPA dilakukan kemasan yang bukan kemasan galon air. Selain itu, penelitian di Indonesia tentang BPA galon air juga bukan kadar BPA di dalam air galon tapi penelitian di laboratorium tentang potensi migrasi BPA dari kemasan galon menggunakan proses perendaman dg etanol dan dipanaskan 60° celcius di oven laboratorium selama 10 hari.
Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat, Hermawan Saputra mengatakan belum ada bukti yang cukup kuat untuk menyampaikan ke masyarakat bahwa kemasan galon guna ulang berbahan Polikarbonat membahayakan kesehatan masyarakat atau para konsumennya. Sebelum menyampaikan isu kesehatan masyarakat, menurutnya, harus dilihat terlebih dahulu seluruh kejadiannya, fenomena, dan faktanya atau evidence based public health.
Menurut Hermawan, kalau memang ada indikasi zat berbahaya pada suatu produk tertentu, solusinya bukan pada pelabelannya tetapi pada produksi dan distribusinya. “Maka, secara isu publik, kalau memang ada zat berbahaya dari kandungan sebuah produk apalagi itu pangan atau makanan dan minuman, itu solusinya bukan pada labelnya, tetapi harusnya pada produksinya. Jadi bukan pada kendali perilaku, kalau berbahaya harus dikendalikan dari produksi dan distribusi,” ucapnya.