Data Purchasing Managers’ Index (PMI) yang dirilis S&P Global hari ini, Senin (2/9/2024) menunjukkan PMI manufaktur Indonesia jatuh dan terkontraksi ke 48,9 pada Agustus 2024. Artinya, PMI Manufaktur Indonesia sudah mengalami kontraksi (penurunan) selama dua bulan beruntun yakni pada Juli (49,3) dan Agustus. PMI juga terus memburuk dan turun selama lima bulan terakhir. Ambruknya PMI Manufaktur ini tentu memicu kekhawatiran karena manufaktur banyak menyumbang ekonomi dan menyerap tenaga kerja. Ambruknya manufaktur juga bisa mencoreng kinerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjelang turun jabatan Oktober mendatang.
Turunnya produksi dan pesanan baru menyebabkan berkurangnya pekerjaan di pabrik manufaktur Indonesia. Secara keseluruhan, jumlah tenaga kerja turun dua bulan berturut-turut, meskipun hanya sedikit. Lemahnya penjualan menyebabkan stok barang jadi meningkat untuk dua bulan berturut-turut dan menumpuk. Sementara dari sisi pasokan bahan baku, tingginya nilai tukar rupiah harga bahan baku input jadi menaik signifikan. Masih tingginya stok barang dan tingginya harga bahan baku serta melemahnya permintaan membuat produksi sektor manufaktur dalam dua bulan terakhir menurun.
Kendati situasi memburuk, pengusaha masih melihat sisi positif dalam 12 bulan ke depan. Produsen tetap percaya bahwa produksi akan meningkat dari tingkat saat ini, meskipun pada tingkat yang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan Juli. Perusahaan berharap bahwa lingkungan ekonomi akan menjadi lebih stabil dan akan mengarah pada peningkatan produksi dan pesanan baru dalam satu tahun mendatang.