Politisi garis tengah Israel Benny Gantz mengundurkan diri dari kabinet perang Israel pada Ahad (9/6/2024 malam. Hal ini menambah tekanan pada Perdana Menteri untuk menyudahi serangan ke Jalur Gaza dan menyepakati gencatan senjata. Ia menyinggung harga mahal serangan ISrael ke Jalur Gaza. Benny Gantz mengatakan Netanyahu gagal dalam perang melawan Hamas di Gaza. “Netanyahu menghalangi kita untuk mencapai kemenangan nyata. Itu sebabnya kami meninggalkan pemerintahan darurat hari ini dengan berat hati,” kata Gantz.
Pada awal agresi militer Israel, Netanyahu sesumbar tak perlu waktu lama menumpas pejuang Palestina di Gaza dan memulangkan sandera yang diambil para pejuang dalam serangan pada 7 Oktober lalu. Namun sembilan bulan berjalan, Brigade Izzuddin al-Qassam serta faksi-faksi bersenjata lainnya di Gaza masih terus melawan, menimbulkan kematian dan cidera pada tentara Israel. Meski empat sandera dibebaskan akhir pekan lalu, seratusan lainnya masih di tangan pejuang Palestina. Langkah brutal Israel di Gaza yang telah menewaskan sedikitnya 37 ribu orang juga membuat negara itu kian terasing di dunia Internasional. Belakangan, PBB memasukkan Israel dalam daftar hitam yang memalukan sebagai negara yang mengancam jiwa anak-anak. Sementara ekonomi Israel kian terpukul setelah sembilan bulang melakukan pembantaian di Gaza.
Dalam pernyataannya Gantz menyerukan pemilu dini selekasnya. Demonstrasi menentang pemerintah Netanyahu yang marak belakangan di Israel, menurutnya hal yang penting namun harus sah, tambahnya. Kepergian Gantz diperkirakan tidak akan menjatuhkan pemerintah, sebuah koalisi yang terdiri dari partai-partai keagamaan dan ultra-nasionalis, namun ini menandai pukulan politik pertama bagi Netanyahu setelah delapan bulan perang di Gaza Selain Gantz, komandan divisi Gaza tentara Israel juga mengundurkan diri. Brigadir Jenderal Avi Rosenfeld adalah komandan tempur militer Israel pertama yang mengundurkan diri sejak 7 Oktober, the Times of Israel melaporkan.