Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mencatat ekspor batik anjlok hingga 8,39 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada kuartal II-2024. Ia menjelaskan salah satu penyebab menurunnya ekspor batik adalah adanya produk-produk impor yang membanjiri pasar, terutama dari China. Batik impor China juga membanjiri pasar Tanah Air sehingga menggilas produk lokal. Agus menjelaskan industri batik sama halnya dengan produk tekstil lain yang menghadapi gempuran produk impor.
Baik produk impor ilegal maupun legal masih menjadi batu sandungan bagi produk tekstil dalam negeri untuk berkompetisi,. termasuk produk batik. Padahal, sub sektor industri tekstil dan pakaian jadi berperan penting bagi perekonomian nasional. Menurutnya, produk tekstil dalam negeri, termasuk batik, masih sulit untuk berdaya saing dengan produk impor dalam hal harga.
Agus pun menekankan harus ada perlindungan untuk industri TPT. Menurutnya, perlu ada kebijakan yang berpihak pada industri dalam negeri, termasuk batik. “Mesti ada perlindungan. Sama dengan industri lain, harus ada regulasi yang memang pro kepada industri dalam negeri kita termasuk TPT, termasuk batik,” ujar Agus lebih lanjut.