Kementerian Kesehatan RI terus berupaya mengendalikan polusi udara di Jakarta dan sekitarnya. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, pihaknya sedang me-review beberapa alat modern untuk mendeteksi udara secara digital. Sebelumnya, Menkes menyebut, di tiap puskesmas sebenarnya sudah ditempatkan sanitarian kit sebagai alat untuk deteksi udara di puskesmas. Namun, Menkes menilai sanitarian kit merupakan alat lama yang masih dilakukan secara manual.
Budi Gunadi menambahkan, selama ini puskesmas memang memiliki fungsi kesehatan lingkungannya yang dilengkapi dengan alat. Sayangnya, alat tersebut masih menggunakan teknologi lama. Sementara, ada alat yang lebih canggih yakni Gas Chromatography–Mass Spectrometry (GC–MS) diperlukan seperti cara Tiongkok mendeteksi senyawa kimia di udara. GC-MS merupakan metode pemisahan senyawa organik yang menggunakan dua metode analisis senyawa yaitu kromatografi gas (GC) dan spektrometri massa (MS). GC digunakan untuk menganalisis jumlah senyawa secara kuantitatif sedangkan, MS digunakan untuk menganalisis struktur molekul senyawa analit. Particulate matters (PM) PM2.5 bisa datang dari berbagai macam sumber, biasanya dari pembakaran karbon. Bisa dari sampah, bensin, solar, dan pembakaran lainnya.
Namun, di Negeri Tirai Bambu, Menkes mengatakan hal seperti ini sudah bisa diketahui dengan alat. Budi mencontohkan, jika di Bekasi ditemukan banyak PM2.5 maka bisa diteliti berat, bentuk, dan senyawa kimianya. Misalnya PM2.5 nya berasal dari pembakaran sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) Bantar Gebang, maka yang perlu dibereskan adalah TPA-nya.