Menjadikan Indonesia Pusat Peradaban Ekologis Asia-Pasifik Abad 21

Displai buku Ecological Civilization (dalam bahasa Mandarin) terbit tahun 2017, muncul pada konferensi keragaman hayati Perserikatan Bangsa-Bangsa (Convention on Biological Diversity/UN Cop15) di Kunming, Tiongkok, Oktober 2021. Sebagian besar konferensi UN Cop15 itu berlangsung online dan dibuka Presiden Tiongkok, Xi Jinping. Sekitar 100 negara menandatangani deklarasi Kunming tentang keragaman hayati (Ecological Civilization: Building a Shared Future for All Life on Earth). Buku Ecological Civilization (EC) menawarkan konsep prinsip harmoni ekologis dalam strategi negara Tiongkok. Mula-mula EC dirilis oleh Presiden Tiongkok, Hu Jintao, tahun 2007. Sejak itu EC menjadi retorika kebijakan pemerintah Tiongkok (Goron, 2018:39).

Amerika Serikat (AS) adalah satu-satunya negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang belum meratifikasi konvensi Convention on Biological Diversity (CBD) sejak 1994. Konvensi CBD memiliki tiga tujuan pokok, yakni (1) konservasi keragaman hayati; (2) pemanfaatan berkelanjutan sumbersumber daya; (3) keadilan pembagian benefit dari sumber-sumber daya genetik keragaman hayati melalui strategi negara. Sejak tahun 2000, terjadi lonjakan riset ilmiah, kajian, dan laporan pers tentang peradaban ekologis. Tiongkok disebut sulit mewujudkan mimpi peradaban ekologis atau memimpin peradaban ekologis kawasan Asia Pasifik. Dengan mengutip banyak kajian ilmiah dan para ahli, misalnya, Greenfield (2021) menulis, “Superficially, it is the slogan for Chinese efforts to embrace environmental sustainability and move on from four decades of rapid economic growth that have come at great cost to nature.”

Awal abad 21, pusat gravitasi kegiatan ekonomi dunia, berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB), bergerak dari kawasan Lautan Atlantik ke daratan Asia-Pasifik. Tahun 2008, pusat gravitasi ekonomi dunia (Danny Quah, 2011:1), bergerak ke Izmir dan Minsk (Eropa Timur) -zona timur Helsinki (Finlandia) dan Bucharest (Romania) sejauh 4.800 km atau sekitar 75 persen radius planet bumi dari pertengahan Lautan Atlantik pada tahun 1980 ke daratan Asia awal abad 21. Tahun 2050, diperkirakan pusat gravitasi kegiatan ekonomi dunia terletak pada zona antara India-Tiongkok. Riset Danny Quah itu berdasarkan kegiatan ekonomi manusia yang tergambar dalam PDB pada hampir 700 lokasi di permukaan bumi. Pergeseran dari zona Eropa Barat tahun 1980 ke zona India-Tiongkok (2050) menunjukkan pergeseran sejauh 9.300 km atau 1,5 kali radius zona planet bumi.

Kini negara-negara di Asia Pasifik dan Asia Selatan berupaya merespons pergeseran pusat gravitasi ekonomi global tersebut. Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi), misalnya, merilis pidato di depan pertemuan ke-29 para pemimpin forum ekonomi APEC (Asia-Pacific Economic Cooperation) di Intercontinental Peninsula Resort, Da Nang (Vietnam), pada 11 November 2017 bahwa laut harus menjadi pusat pembangunan ekonomi inklusif dan terbuka bagi APEC di zona lautan terluas dunia, Samudera Pasifik. Prioritas kebijakan ialah pemberantasan IUU (Illegal, Unreported, and Unregulated) fishing, mengatasi sampah plastik di laut, dan membangun kelautan dan perikanan. Begitu pula tahun 2014-2017, Indonesia mempercepat pembangunan infrastruktur laut, antara lain melalui pembangunan 24 pelabuhan strategis.

Program blue-economy dan infrastruktur maritim tentu harus mewujudkan tata kehidupan Indonesia yang adil, bersatu, damai, dan berkelanjutan. Ini adalah tugas konstitusional pemerintah Indonesia sesuai amanat alinea IV Pembukaan UUD Tahun 1945 serta cita-cita pembentukan negara-bangsa Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Simpul dasar nyawa negara (Rakyat-Tanah-Air) ini sejak 1994 lazim disebut konsep ‘egg of  sustainability’ (IUCN, 1994), yakni suatu negara-bangsa hanya sehat dan lestari, jika rakyat dan tanah-airnya juga sehat-lestari. Tanah-air Indonesia adalah simpul temu benua Australia-Asia, Lautan Pasifik dan Lautan India. Keragaman hayati Indonesia memiliki karakter Asia dan Australia. Zona Indonesia adalah titik temu dari empat lempengan raksasa kerak bumi. Hutan-hutan Indonesia adalah paru-paru dunia yang terletak di garis khatulistiwa paling panjang di bumi.

Search