Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Adi Prayitno menilai bahwa dukungan mantan presiden dan wakil presiden tak akan terlalu berpengaruh pada elektabilitas calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) Pemilu Presiden (Pilpres) 2024. Menurut dia, dukungan mantan pemimpin negara hanya akan memperkuat mesin politik capres-cawapres yang berlaga. Menurut Adi, dukungan mantan presiden dan wakil presiden bakal berpengaruh seandainya mereka besar di partai politik.
Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri, misalnya, sebagai Ketua Umum PDI-P, ia dapat menjadi katalisator dominan untuk menggerakkan mesin dan gerbong partai banteng bagi capres-cawapres nomor urut 3, Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Sementara, sebagai Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bisa menjadi mobilisator basis partai bintang mercy ke capres-cawapres nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Begitupun Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI Jusuf Kalla, sebagai mantan Ketua Umum Partai Golkar, ia bisa menggerakkan loyalisnya yang sebagian ada di partai beringin.
Lain halnya jika dukungan berasal dari presiden atau wakil presiden yang sedang menjabat. Adi menyebut, jika capres-cawapres didukung oleh pemimpin negara yang tengah bertahta, keuntungan elektoral yang didulang bakal signifikan.