McKinsey & Company menilai bahwa meskipun gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) terjadi di Indonesia, hal tersebut tidak serta merta menunjukkan berkurangnya kesempatan kerja. Phillia Wibowo, Leader of People and Organizational Performance McKinsey Asia Tenggara, menjelaskan bahwa meskipun kondisi ekonomi bisa berfluktuasi, kesempatan kerja tetap ada. Isu utama yang perlu diatasi adalah mismatch atau ketidakcocokan keterampilan antara tenaga kerja dan kebutuhan pasar. McKinsey menganalisis bahwa semakin banyak pekerjaan yang membutuhkan keterampilan digital dan kemampuan untuk memecahkan masalah, yang perlu diatasi dengan tiga langkah utama.
Perusahaan diharapkan berinvestasi dalam program reskilling untuk mendukung karyawan belajar keterampilan baru. Sektor pendidikan di Indonesia juga diminta untuk mengembangkan kewirausahaan yang produktif agar tidak terjebak dalam produktivitas rendah dan gaji minim. Selain itu, pemerintah perlu mendukung program reskilling untuk para pekerja, karena keterampilan baru dapat dipelajari oleh siapa saja di era digital. Meskipun terjadi PHK terhadap 18.610 tenaga kerja pada awal 2025, terdapat janji dari Kementerian Perindustrian untuk membuka lebih dari 24.000 lowongan kerja dengan adanya pembukaan pabrik baru.