Penyediaan makan siang gratis seperti yang diwacanakan pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka ternyata tidak semudah yang dibayangkan dalam pelaksanaannya. Menurut Pakar Gizi Institut Pertanian Bogor (IPB University), Reisy Nurdiani, makan siang gratis bukan hanya soal seporsi atau sekotak makanan ada di depan anak-anak untuk disantap. Dia mengatakan ada beberapa faktor yang harus diperhatikan untuk menjamin keamanan makanan dan kualitas makanan tersebut, seperti soal kandungan gizi dan nutrisi.
Dia mengatakan, program makan siang gratis sangat baik dampaknya pada kualitas kebugaran dan kualitas kecerdasan anak-anak, asalkan diperhatikan beberapa faktor. Dimana, faktor tersebut, kata Reisy, antara lain soal keberlangsungan program itu. Artinya bukan hanya program yang berlangsung singkat. Harusnya seperti di Jepang yang sduah lama belangsung sehingga dampaknya berkelanjutan bagi anak-anak. Hal lain yang harus diperhatikan adalah soal kecukupan nutrisi dan gizi untuk masing-masing kelompok umur. Pasalnya, kebutuhan nutrisi dan gizi untuk anak balita,TK,dan SD, tentu akan berbeda. Apalagi untuk anak SMP tentu juga makin berbeda. Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menggelar simulasi Program makan siang gratis capres-cawapres Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka di SMP Negeri 2 Curug, Tengerang Banten.
Program makan siang gratis sudah dibahas dalam persiapan penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025. Airlangga menyebut kisaran per anak mendapatkan jatah makan siang gratis Rp15 ribu, di luar susu. Ia mengatakan ada sekitar 70,5 juta orang yang kemungkinan menjadi penerima makan siang dan susu gratis tersebut. Jumlah calon penerima ini terdiri dari 22,3 juta anak balita, 7,7 juta anak TK, 28 juta anak SD, dan 12,5 juta anak SMP hingga Madrasah.