Sejumlah daerah mencatatkan kenaikan tajam penularan dan aduan mengenai penyakit kelamin sifilis atau yang dikenal dengan raja singa. Penularan-penularan itu disebut merebak di kalangan pelaku lelaki seks lelaki (LSL) alias homoseksual. Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY mencatat peningkatan lebih dari 100 persen tiap tahunnya sejak 2020 lalu hingga 202. Data ini berdasarkan data Sistem Informasi HIV/AIDS (SIHA).
Kepala Bidang Pengendalian Penyakit Dinkes DIY Setyarini Hestu Lestari mengatakan, terus naiknya penyebaran sifilis di DIY karena faktor risiko lelaki seks lelaki. Namun, ada juga penyebaran yang disebabkan dari faktor risiko heteroseksual. Setyarini memerinci bahwa pada 2020 tercatat kasus sifilis di DIY sebanyak 67 kasus. Namun, pada 2021 meningkat lebih dari dua kali lipat hingga 141 kasus. Pada 2022, kasus sifilis ini kembali meningkat tajam menjadi 333 kasus. Di 2023 ini, sudah terdeteksi kasus sifilis sebanyak 89 kasus. “Di 2023 sudah di angka 89, artinya ini baru beberapa bulan yang belum sampai setengah tahun sudah 89 kasus. Kalau nanti dikalikan dua saja, (berarti di 2023 bisa sampai) 180-an lah, artinya lebih tinggi dari 2021,” ujarnya.
Berdasarkan faktor risiko, pada 2020, kasus sifilis karena LSL mencapai 15 persen. Angka faktor risiko ini meningkat di 2021 menjadi 34 persen, dan pada 2022 sebesar 44 persen kasus sifilis di DIY karena LSL. “Di 2023 karena masih sedikit, (kasus sifilis) ini didominasi memang dari faktor risiko LSL,” ungkap Setyarini. Sementara itu, terkait dengan kematian kasus sifilis ini di DIY, tercatat rentang usianya dari usia lima tahun hingga 49 tahun berdasarkan data sejak 2020 hingga 2023. “Memang ada peningkatan,” tambahnya.