Peneliti senior Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Profesor Thomas Djamaluddin meminta maaf kepada pimpinan dan warga Muhammadiyah menyusul kisruh oknum peneliti BRIN yang melontarkan komentar ancam warga Muhammadiyah. “Tidak ada kebencian atau kedengkian saya pada organisasi Muhammadiyah yang merupakan aset bangsa,” kata Thomas dalam keterangannya.
Sebelumnya, Ketua Fraksi PAN DPR Saleh Partaonan Daulay menyebut Thomas sebagai salah satu orang yang kerap membuat perdebatan penetapan 1 Syawal selalu panas dan keras. Thomas, sebagai bagian tim unifikasi kalender Kementerian Agama, menurut Daulay, terlalu keras membela metode rukyah dan mengecam metode hisab. Saleh menyebut Thomas memiliki andil dalam memicu komentar kontroversial dari AP Hasanuddin melalui unggahannya. “Thomas juga terlibat. Bahkan dalam permohonan maafnya, AP Hasanuddin jelas menyatakan dia justru tersulut emosi karena perdebatan di kalangan netizen yang melibatkan Thomas. Dia membuat pernyataan tersebut sebagai bagian dari dukungannya pada Thomas,” ujar Saleh dalam keterangan yang diterima, Senin (24/4/2023).
Terkait permasalahan ini, Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko pun menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh warga Muhammadiyah atas perbuatan yang dilakukan oleh anak buahnya. Handoko mengatakan pihaknya telah mengkofirmasi status Andi Pangerang Hasanuddin sebagai ASN di lembaganya. Langkah selanjutnya, BRIN akan melakukan proses sidang melalui Majelis Etik ASN pada Rabu (26/4/2023).