Laporan dari Asosiasi Sistem Komunikasi Mobile Global (GSMA) menyebutkan bahwa cakupan jaringan 5G diatur untuk dipercepat di seluruh kawasan Asia Pasifik, namun kesenjangan penggunaan akan tetap signifikan. Dikutip dari Indian Express pada Minggu (10/7), jaringan broadband mencakup sekitar 96% populasi di wilayah tersebut. Namun, hanya 44% dari populasi (1,23 miliar pengguna) yang menggunakan layanan internet seluler.
Menurut laporan GSMA, alasan perbedaan ini termasuk kurangnya keterampilan digital, keterjangkauan, dan masalah keamanan berselancar di dunia maya. Lebih lanjut, 5G tersedia secara komersial di 14 pasar, termasuk India dan Vietnam, akan diluncurkan dalam beberapa bulan mendatang. Teknologi dan layanan seluler pun terus memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian Asia Pasifik, menghasilkan 5% dari PDB di kawasan ini pada 2021, yang setara dengan nilai ekonomi sekitar US$770 miliar.
Internet seluler termasuk layanan 3G dan 4G meningkatkan sekitar 8,8 juta pekerjaan pada 2021 dan memberikan kontribusi besar terhadap pendanaan sektor publik, dengan sekitar US$80 miliar dikumpulkan melalui perpajakan. Menurut laporan GSMA, pada 2025, akan ada lebih dari 400 juta koneksi 5G, setara dengan lebih dari 14% dari total koneksi seluler. Laporan tersebut juga menyoroti berbagai kasus penggunaan 5G dan aktivitas terkait lainnya di wilayah tersebut. Korsel memiliki rencana untuk menghabiskan US$186,7 juta untuk menciptakan ekosistem metaverse-nya, dan Otoritas Pariwisata Thailand memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan pariwisata di negara itu, dan menempatkan taruhannya pada layanan 5G