Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengakui Indonesia masih doyan impor bahan baku obat (BBO). Bahkan, porsi impornya lebih dari 90 persen. Plt Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kemenperin Reni Yanita mengatakan lonjakan impor bahan baku obat terjadi pada 2022. China menjadi ‘toko’ utama tempat belanja Indonesia. Selama lima tahun terakhir tren importasi bahan baku obat terus meningkat, dan di 2022 impornya secara keseluruhan mencapai 35.890 ton dengan nilai US$509 juta (Rp8,27 triliun, asumsi kurs Rp16.257 per dolar AS)
Reni mengatakan 45 persen barang impor tersebut dibeli dari China. Sementara itu, dua negara pemasok bahan baku obat lainnya adalah India sebanyak 27 persen dan Amerika Serikat (AS) 8 persen. Reni menyebut insentif fiskal yang ada di Indonesia saat ini belum sanggup menarik investor. Oleh karena itu, tak banyak perusahaan yang mau membangun industri bahan baku obat nasional. “Bahwa insentif eksisting, seperti insentif terkait dengan investasi: tax holiday, tax allowance, maupun super tax deduction ini belum mampu menarik investasi di industri bahan baku obat,” ungkapnya.