Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Digital, Ketenagakerjaan, dan UMKM Kemenko Perekonomian Mohammad Rudy Salahuddin menilai bahwa badai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) tak akan menghambat perkembangan perusahaan rintisan atau startup di tahun 2023. Rudy mengatakan, fenomena badai PHK terjadi secara alami karena berbagai faktor. Diantaranya, faktor shock eksternal seperti inflasi dan konflik geopolitik yang memicu lonjakan suku bunga acuan bank sentral berbagai negara, sehingga membuat startup harus melakukan efisiensi melalui pengurangan jumlah karyawan dan menurunkan aktivitas pemasaran. Faktor lainnya, lanjut dia, adalah ekspektasi tinggi dari para investor setelah melihat siklus bisnis khususnya di sektor teknologi ketika pandemi COVID-19.
Ia menjelaskan bahwa ketika startup masih disokong oleh angel investor, fenomena yang sering terjadi yaitu merekrut talenta digital sebanyak mungkin. Tujuannya, agar mampu bersaing dengan startup lain untuk mendapatkan talenta yang sesuai kualifikasi di tengah jumlah talenta yang sangat terbatas. Selain itu, faktor lainnya menurut Rudy adalah startup kerap melakukan “bakar uang” untuk kampanye pemasaran. Ini membuat besarnya gaji karyawan, terutama yang memiliki skill digital. Meskipun menurutnya, gaji bukan menjadi pemicu utama maraknya PHK.
Meski demikian, Rudy masih optimistis startup masih akan tetap tumbuh di tahun 2023. Ia berdasar pada fakta bahwa di tahun 2022, nilai ekonomi digital Indonesia mencapai 77 miliar dolar AS atau sekitar Rp 1.157 triliun. Nilai tersebut tumbuh 22 persen dari tahun sebelumnya. Angka tersebut diperkirakan terus meningkat hingga 146 miliar dolar AS atau sekitar Rp 2.195 triliun pada 2025.