Kemenkes RI melakukan mitigasi Virus Oz sedini mungkin di Indonesia, dari infeksi gigitan kutu Amblyomma Testudinarium. Mitigasi dilakukan dengan edukasi tentang sanitasi yang baik. “Agar infeksi tidak semakin meluas, tindakan mitigasi yang sejak kini sudah bisa dilakukan. Dengan mengedukasi peternak tentang sanitasi yang baik di peternakan,” kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu saat dikonfirmasi wartawan, Senin (26/6/2023).
Maxi mengimbau, para peternak wajib mengenakan pakaian serba tertutup dan panjang selama bekerja. Tidak hanya itu, peternak diingatkan untuk memakai krim anti seranga pada tubuh. Maxi menjelaskan, pasien yang terjangkit Virus Oz akan merasakan demam tidak wajar. Penyakit demam itu, disebabkan oleh gigitan kutu Amblyomma Testudinarium. Perlu diketahui, Virus Oz mempunyai sifat zoonosis atau ditularkan melalui hewan. Yakni, biasanya berupa satwa liar seperti monyet, rusa, dan tikus, ke manusia. Ketika Thogotovirus menjangkit tubuh manusia, nantinya menimbulkan radang otak (ensefalitis), penyakit demam, pneumonia, hingga kematian. Namun sayang, cara penularan ke manusia belum diketahui dengan pasti.
Saat ini, baru terdapat penilaian, Virus Oz kemungkinan tertular dari gigitan kutu. Kemudian, Maxi juga menyoroti informasi dari NIID Tokyo. Dalam informasi NIID Tokyo, antibodi terhadap Virus Oz ditemukan pada monyet liar, babi hutan. Kemudian, rusa berhabitat di Prefektur Chiba, Tokyo, Gifu, Mie, Wakayama, Yamaguchi, dan Oita. “Selain itu dua pemburu di Yamaguchi juga dilaporkan positif antibodi. Secara demografis, Thogotovirus juga sudah menyebar di banyak wilayah di dunia,” ujar Maxi. Sebelumnya, Pemerintah Jepang mencatat kasus kematian pertama disebabkan infeksi Virus Oz. Korban merupakan seorang wanita berusia 70 tahun asal Ibaraki Timur, Tokyo Utara, Jepang.