Kebijakan 50 Murid per Kelas, Solusi atau Masalah Baru?

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengeluarkan kebijakan menambah jumlah siswa per kelas di sekolah menengah atas menjadi 50 orang. Jumlah yang relatif banyak ini menimbulkan pertanyaan, apakah efektif proses belajar mengajar bagi murid dan guru di kelas sebesar itu?. Di Amerika Serikat (AS), kelas yang penuh sesak dapat memberikan dampak negatif bagi guru dan siswa. Dalam artikel tahun 2021 di The Tech Edvocate, kelebihan jumlah siswa di kelas disebut sebagai salah satu dari “20 alasan mengapa sistem pendidikan Amerika mengalami kegagalan.”

Ukuran kelas sangat berkaitan dengan hasil pembelajaran. Bagi guru, mengajar di kelas yang terlalu penuh juga berat. Dari pengurangan pengajaran secara personal, hingga meningkatnya gangguan dan masalah disiplin, memasukkan terlalu banyak siswa dalam satu ruang kelas berdampak pada efektivitas mengajar guru dan kemampuan siswa untuk belajar. Secara alami, semakin banyak siswa, semakin bising suasananya bahkan di kelas yang dikelola dengan baik. Tingkat kebisingan yang meningkat membuat siswa sulit berkonsentrasi dan guru sulit fokus, yang pada akhirnya bisa menyebabkan stres berlebih dan kelelahan.

Selain itu, kelas yang terlalu padat sering kali menciptakan lingkungan yang sulit dikelola. Jumlah siswa yang banyak meningkatkan potensi perilaku mengganggu atau konflik antar siswa terutama jika sumber daya yang ada tidak mencukupi. Guru pun harus menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengatasi masalah perilaku dibandingkan waktu untuk mengajar, dan ini tentu bukan hal yang diinginkan siapa pun

Search