Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan bahwa kondisi ekonomi Indonesia saat ini tidak baik-baik saja, diperparah oleh perlambatan ekonomi global yang dipicu kebijakan tarif tinggi dari Presiden AS Donald Trump. Ia menegaskan bahwa meskipun tarif tersebut belum diberlakukan sepenuhnya, dampaknya sudah terasa luas. Di dalam negeri, tekanan ekonomi sudah terjadi sebelum kebijakan ini muncul, terlihat dari defisit APBN dan penumpukan utang yang signifikan.
Per Maret 2025, defisit APBN telah mencapai Rp104,2 triliun dengan penarikan utang baru sebesar Rp250 triliun atau 40,6% dari target tahunan. Total utang pemerintah pusat pada Januari 2025 pun meningkat menjadi Rp8.909 triliun. Selain masalah fiskal, JK juga menyoroti lemahnya investasi dan menurunnya daya beli masyarakat akibat PHK dan lapangan kerja yang semakin terbatas.
Gejala pelemahan daya beli masyarakat ini terlihat dari sepinya aktivitas perdagangan di pasar-pasar besar dan penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) selama tiga bulan berturut-turut. Menurut JK, kombinasi dari tekanan eksternal dan domestik ini menjadi sinyal kuat bahwa kondisi ekonomi Indonesia memerlukan perhatian serius dan tindakan strategis.