Presiden Joko Widodo (Jokowi) akhirnya buka suara soal kondisi deflasi yang terjadi di Indonesia selama 5 bulan berturut-turut. Dia menegaskan deflasi bisa terjadi karena dua hal, pertama penurunan harga yang terjadi karena pasokan dan distribusi bahan pokok yang baik. Kedua, deflasi juga bisa terjadi karena adanya daya beli yang berkurang. Oleh karena itu, harus dicari tahu lebih dahulu di antara dua hal tersebut mana yang jadi penyebab deflasi. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah deflasi menjadi alarm bahaya atau justru keuntungan buat masyarakat.
Namun, dia menekankan pengendalian harga, baik deflasi maupun inflasi harus bisa dikendalikan dengan baik agar semua pihak tetap mendapatkan keuntungan. Di sisi lain, produsen dan distributor tetap bisa mendapatkan untung usaha, di sisi konsumen bisa mendapatkan harga terjangkau.
Sebagai catatan, terakhir kali Indonesia mengalami deflasi (mtm) selama lima bulan adalah pada 1999. Pada tahun tersebut, Indonesia mencatat deflasi dalam delapan bulan beruntun yakni pada Maret (-0,18%), April (-0,68%), Mei (-0,28%), Juni (-0,34%), Juli (-1,05%), Agustus (-0,71%), September (-0,91%), dan Oktober (-0,09%). Kondisi ekonomi Indonesia pada saat itu sedang carut-marut karena krisis pada 1997/1998.