Komandan senior Pasukan Pertahanan Israel mengakui bahwa dua tujuan Israel untuk menghancurkan Hamas dan membebaskan sandera Israel yang ditawan di Gaza tak bakal tercapai. Serangan darat di Gaza disebut tak sesuai dengan rencana Israel. Pengakuan itu dilansir The New York Times pada Sabtu (20/1/2024). Mereka mengutip empat komandan senior yang berbicara tanpa menyebut nama. Para komandan yang diwawancarai mengatakan, tantangan tak terduga dalam menangani Hamas dan keragu-raguan para pemimpin Israel membuat lebih dari 130 warga Israel yang masih ditahan oleh kelompok teror tersebut tidak mungkin dapat dikembalikan kecuali melalui diplomasi. Laporan tersebut juga mencatat bahwa perang belum berjalan seperti yang diharapkan pada awal perang. Meninjau perkiraan dan rencana militer pada Oktober, surat kabar tersebut mengatakan, militer memperkirakan akan menguasai operasional Kota Gaza, Khan Younis, dan Rafah pada akhir Desember.
Meski tujuan itu telah tercapai di Kota Gaza, pertempuran di Khan Younis terus berkecamuk dan pasukan bahkan belum memulai operasi serius di Rafah, kota paling selatan di Jalur Gaza. Selain itu, laporan tersebut mengutip keterkejutan Israel terhadap skala jaringan terowongan Hamas, yang diperkirakan berjumlah sekitar 161 kilometer sebelum perang, kini diyakini memiliki luas sekitar 724,2 kilometer, menurut Times.
“Pada dasarnya, ini adalah jalan buntu,” kata Andreas Krieg, dari School of Security Studies di King’s College London, kepada surat kabar tersebut. “Ini bukan kondisi di mana Anda bisa membebaskan sandera.” “Jika Anda masuk ke dalam terowongan dan mencoba membebaskan mereka dengan pasukan khusus, atau apa pun, Anda akan membunuh para sandera,” katanya. “Anda bisa membunuh mereka secara langsung–atau tidak langsung, dengan jebakan atau baku tembak.”