Pemerintah, melalui Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan, mengungkapkan rencana untuk mengimpor gandum khusus pakan ternak guna menghindari gangguan pada produksi jagung dalam negeri. Dengan prediksi produksi jagung yang tinggi pada tahun ini mencapai 16,68 juta ton, sementara kebutuhan nasional sekitar 13 juta ton, pemerintah memutuskan untuk menghentikan impor jagung, termasuk untuk pakan ternak. Sebagai alternatif, impor gandum dipertimbangkan bila kebutuhan pakan ternak tidak mencukupi, karena gandum pakan memiliki harga yang lebih murah dan diharapkan tidak merusak semangat petani jagung dalam negeri.
Meski demikian, Zulkifli menegaskan bahwa impor gandum ini harus diputuskan melalui rapat koordinasi terbatas (rakortas) untuk memastikan kebijakan tersebut tidak berdampak negatif pada harga jagung yang dapat merugikan petani lokal. Pemerintah juga menekankan pentingnya menjaga keseimbangan pasar agar pabrik pakan ternak tetap menyerap produksi jagung domestik. Langkah ini sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto untuk menyetop impor komoditas strategis lainnya, seperti beras, garam, dan gula konsumsi, sebagai bagian dari upaya mendukung kemandirian pangan nasional pada tahun 2025.