Tuberkulosis (TBC) masih menjadi tantangan besar dalam sektor kesehatan Indonesia. Menurut data WHO, Indonesia menempati peringkat kedua jumlah kasus TBC terbanyak di dunia. Untuk mempercepat deteksi dan penanganannya, tim peneliti dari Departemen Ilmu Komputer dan Elektronika Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan TBScreen.AI, aplikasi skrining TBC berbasis kecerdasan buatan (AI) pertama di Indonesia, yang dapat diakses melalui tbscreen.ai.
Aplikasi ini dirancang untuk digunakan oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat umum. Pengguna cukup mengunggah foto rontgen dada ke sistem, yang kemudian secara otomatis dianalisis oleh model AI. Hasilnya berupa persentase kemungkinan terindikasi TBC, sebagai langkah awal sebelum pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter. Menurut Kementerian Kesehatan, metode skrining digital seperti ini penting untuk memperluas akses diagnosis, terutama di wilayah dengan keterbatasan layanan kesehatan.
Dengan inovasi ini, diharapkan proses deteksi dini TBC bisa dilakukan lebih cepat, efisien, dan menjangkau lebih banyak wilayah terpencil. Inisiatif ini juga mendukung target pemerintah dalam mencapai Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya dalam menurunkan angka kematian akibat penyakit menular. TBScreen.AI menunjukkan bahwa kolaborasi teknologi dan kesehatan dapat