Para ilmuwan Jepang berhasil menemukan spesies bakteri pemakan plastik, pada tahun 2016 lalu. Hal ini tentu menjadi penemuan yang luar biasa, karena berpotensi dapat membantu mengatasi permasalahan sampah plastik global. Dalam studi yang dipublikasikan di jurnal Science pada 11 Maret 2016, tim ilmuwan mengungkapkan bahwa bakteri itu ditemukannya ketika mengumpulkan botol plastik di luar fasilitas daur ulang. Umumnya, bakteri menghabiskan waktu mereka untuk menyerap bahan organik mati tetapi bakteri yang dinamai Ideonella sakaiensis justru dapat memakan jenis plastik tertentu, yakni polietilen tereftalat (PET). Setelah menganalisisnya para ilmuwan menemukan bahwa bakteri tersebut, menghasilkan dua enzim pencernaan yang disebut hidrolisis PET atau PETase.
Tak lama setelah penemuan bakteri pemakan plastik, sejumlah ilmuwan turut melakukan eksperimen menggunakan Ideonella sakaiensis untuk meningkatkan efisiensinya. Salah satu uji coba yang dilakukan mereka adalah merekayasa genetika bakteri dalam memproduksi enzim seperti E.coli, lalu mengubahnya menjadi pabrik PETase. Kendati penemuan ini menawarkan harapan untuk mengatasi sampah plastik di dunia yang sudah melebihi kapasitas, para ilmuwan mengingatkan bahwa masih butuh banyak waktu untuk pemanfaatan bakteri secara luas. Selain itu, mereka menggarisbawahi enzim PETase sejauh ini hanya mampu menguraikan plastik PET. Sementara, ada enam jenis plastik lainnya yang masih belum bisa diuraikan dengan menggunakan enzim tersebut. Menyusul eksperimen bakteri pemakan plastik itu, para peneliti di University of Portsmouth juga merekayasa ulang enzim PETase untuk membuat enzim “koktail” yang diklaim dapat mencerna plastik hingga enam kali lebih cepat.
Para ahli percaya bahwa bakteri pemakan plastik dapat membantu mengatasi setidaknya 14 juta ton plastik, yang dibuang ke lautan setiap tahun. Sebab, polusi plastik menyebabkan dampak pada ekosistem laut serta dapat memengaruhi kesehatan manusia. Berdasarkan catatan International Union for Conservation of Nature (IUCN), begitu sampah plastik memasuki lautan,benda ini dapat mencekik dan menjerat hewan. Di samping itu, mikroplastik juga dicerna oleh banyak spesies laut yang pada akhirnya akan dikonsumsi manusia. Jika dimakan, mikroplastik dapat melarutkan kontaminan beracun di permukaannya ke dalam tubuh organisme. Racun tersebut bisa menumpuk dan berpindah dari ikan yang hidup di laut, ke tubuh manusia yang mengonsumsinya. Sedangkan di darat, permasalahan plastik tak lepas dari dampaknya pada lingkungan. Sebagian besar plastik berakhir di tempat pembuangan sampah atau dibakar, yang melepaskan asap beracun apabila dihirup manusia.