Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat harga beras melesat 29,24 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada Oktober 2023. Lonjakan terjadi salah satunya imbas kelangkaan pasokan. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini menyebut kenaikan harga beras tertinggi terjadi di tingkat penggilingan, yakni 3,31 persen secara bulanan (month to month/mtm) dan 29,24 persen yoy.
Pudji juga mengingatkan kenaikan harga beras bersifat sementara. Besaran kenaikan yang diterima petani pun tak sebesar lonjakan harga beras. Hal itu tercermin dari nilai tukar petani (NTP0 yang hanya meningkat 2,68 persen. “Kita perlu berhati-hati dengan kata keuntungan (bagi petani) karena kenaikan harga beras yang diterima petani padi ini sifatnya temporer, sangat berfluktuasi. Dari sisi harga nilai tukar petani (NTP) tanaman pangan per Oktober 2023 naik 2,68 persen. Kenaikan ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani naik 2,91 persen, salah satunya didorong kenaikan harga gabah,” sambung Pudji.
Terlepas dari itu, BPS mengamini bahwa beras menyumbang andil inflasi terbesar pada Oktober 2023. Secara bulanan, inflasi beras mencapai 1,72 persen dengan andil 0,06 persen. Ia mengatakan beras merupakan komoditas penyumbang andil inflasi terbesar selama 3 bulan berturut-turut sejak Agustus 2023.