Indonesia terus mempercepat transisi dari energi kotor ke energi ramah lingkungan sebagai bagian dari komitmennya terhadap perubahan iklim, meskipun menghadapi tantangan besar dalam pembiayaan. “Kami memiliki sekitar 65% produksi listrik yang berasal dari batu bara. Dan itu juga merupakan tantangan bagi kami.” kata Direktur Keuangan PT PLN (Persero), Sinthya Roesly di Indonesia Paviliun pada gelaran COP29 di Baku, Azerbaijan, Selasa (12/11/24).
Sinthya menegaskan bahwa transisi energi tidak bisa dilakukan secara tiba-tiba dan memerlukan pendekatan bertahap. Dia berharap komunitas investor global dapat lebih memahami kondisi unik negara berkembang seperti Indonesia, yang membutuhkan pembiayaan transisi yang inklusif dan fleksibel. Menurutnya, dukungan global sangat penting untuk mendorong pendekatan pembiayaan yang dapat diterima semua pihak. PLN juga telah memulai berbagai inisiatif strategis untuk meningkatkan kapasitas pembangkit energi terbarukan dan menyelesaikan proyek-proyek berbasis teknologi hijau.
Untuk mendukung langkah ini, PLN telah mengadopsi strategi pendanaan seperti penerbitan Green Bonds dan bermitra dengan lembaga keuangan internasional. Selain itu, investasi pada infrastruktur jaringan transmisi hijau juga dilakukan guna mendukung distribusi energi terbarukan. Sinthya menegaskan bahwa PLN berkomitmen terhadap perjalanan menuju dekarbonisasi dan berharap ada dukungan global dalam memahami dan menyesuaikan syarat pendanaan yang sesuai dengan kebutuhan negara seperti Indonesia.