Fokus perang dagang yang dikobarkan Amerika Serikat (AS) kembali mengerucut kepada China setelah dalam sebuah langkah yang mengejutkan dunia, Presiden Donald Trump mengumumkan penangguhan tarif tinggi yang baru saja diberlakukannya terhadap puluhan negara, tapi tidak dengan China. Keputusan mendadak ini memicu lonjakan tajam di pasar saham global yang sebelumnya babak belur akibat ketidakpastian ekonomi, meskipun eskalasi perang dagang dengan China justru diperparah. Langkah tersebut datang di tengah kekacauan keuangan terbesar sejak masa-masa awal pandemi Covid-19.
Sejak kembali ke Gedung Putih pada Januari, Trump secara rutin mengancam berbagai tarif terhadap mitra dagang AS, namun sering pula mencabut ancaman tersebut di detik-detik terakhir. Pola zig-zag ini membuat para pemimpin dunia kebingungan dan menimbulkan kekhawatiran di kalangan pebisnis global. Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, mengklaim bahwa penangguhan ini sebenarnya sudah direncanakan dari awal sebagai strategi untuk memaksa negara-negara lain datang ke meja perundingan. Namun Trump sendiri kemudian mengisyaratkan bahwa kekacauan pasar yang terjadi sejak pengumumannya pada 2 April turut mempengaruhi keputusannya.
Meski Trump menyiratkan bahwa kesepakatan dengan China masih memungkinkan, pejabat Gedung Putih mengatakan prioritas saat ini adalah menjalin perjanjian dengan negara lain terlebih dahulu. “China ingin mencapai kesepakatan,” ujar Trump. “Mereka hanya belum tahu caranya.” Adapun China dilaporkan mulai membuka dialog dagang dengan Uni Eropa dan Malaysia untuk memperkuat kerja sama regional. Namun tidak semua negara bersedia ikut dalam orbit Beijing.