BRIN Akui Kegiatan Eksplorasi Antariksa Indonesia Tertinggal

Perkembangan kegiatan eksplorasi antariksa dengan misi keluar dari orbit bumi di Indonesia tertinggal dari negara-negara seperti Cina, India, dan Uni Emirat Arab (UEA). Ternyata, hal tersebut memang belum menjadi prioritas utama Indonesia saat ini, terlebih dengan adanya kendala utama berupa anggaran yang belum memadai. Thomas Djamaluddin, mantan Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional menyampaikan, kendala utama yang Indonesia hadapi untuk melakukan kegiatan eksplorasi antariksa seperti negara-negara lain di atas ada pada anggaran. Menurut dia, anggaran yang ada belum memadai untuk mengikuti ‘lomba’ menuju luar angkasa. Meski begitu, dia merasa yakin Indonesia bisa menjadi negara yang maju di bidang keantariksaan. Visi keantariksaan Indonesia yang maju dia nilai dapat tercapai dengan ekonomi bangsa yang semakin kuat. Satu hal yang menurut dia perlu diingat adalah keantariksaan memang merupakan teknologi yang mahal, tapi punya daya ungkit kemajuan bangsa yang kuat.

Sementara itu, Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko, menjelaskan, urusan keantariksaan dahulu menjadi tanggung jawab LAPAN dan sekarang ada di tangan BRIN sesuai Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan. BRIN, kata dia, sudah mencanangkan penguatan program keantariksaan dengan fokus pengembangan konstelasi satelit penginderaan jauh yang terdiri dari 18 satelit penginderaan jauh.  Dia mengatakan, satelit penginderaan jauh itu diperlukan untuk memastikan Indonesia mandiri dalam penyediaan data citra penginderaan jauh untuk berbagai kebutuhan. Mulai dari pemantauan perairan dan perbatasan, mitigasi kebakaran hutan, pemetaan perikanan tangkap di laut, pemantauan kebakaran hutan, pemetaan pertanian, pemantauan iklim dan cuaca, dukungan perencanaan tata ruang, dan lainnya.

Handoko menerangkan, Indonesi belum akan masuk secara masif ke dalam eksplorasi luar angkasa. Tapi, kata dia, BRIN tetap ikut terlibat di dalam konsorsium eksplorasi bulan melalui kerja sama multilateral. Menurut rencana, sebagian besar satelit dibuat dalam bentuk pengembangan bersama. Sama seperti Thomas, Handoko pun mengakui Indonesia memang tertinggal di sisi upaya pengeksplorasian luar angkasa. Tapi di sisi lain, fokus terhadap kebutuhan nasional untuk citra penginderaan jarak jauh tak kalah penting, bahkan lebih genting untuk dilaksanakan saat ini. 

Search