Badan Pusat Statistik (BPS) menyinggung krisis moneter (krismon) dan krisis ekonomi 2008 ketika Indonesia mengalami deflasi selama 4 bulan beruntun sejak Mei 2024 hingga Agustus 2024. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan sebenarnya fenomena deflasi berturut-turut bukanlah barang baru di Indonesia. Ia mencontohkan kasus serupa atau bahkan lebih parah pernah terjadi sebelumnya. Ia mencontohkan kejadian serupa terjadi setidaknya pada tiga fase. Deflasi berturut-turut juga menjangkiti Indonesia pada 1999, 2008, dan 2020 lalu.
Ia merinci ada 4 kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi. Ini meliputi kelompok makanan, minuman, dan tembakau; pakaian dan alas kaki; transportasi; serta informasi, komunikasi, dan jasa keuangan. BPS menegaskan deflasi 4 bulan sepanjang tahun ini lebih disebabkan dari sisi supply atau penawaran seperti terjadinya panen raya dan penurunan biaya produksi.
Khusus untuk deflasi di Agustus 2024, BPS mengklaim memang fenomena ini hampir selalu terjadi di bulan tersebut sepanjang lima tahun terakhir. Pengecualian terjadi pada Agustus 2021 yang mengalami inflasi. Sedangkan komoditas utama penyumbang deflasi pada Agustus 2024 adalah bawang merah, daging ayam ras, tomat, dan telur ayam ras. Masing-masing menyumbang andil deflasi sebesar 0,08 persen, 0,03 persen, 0,03 persen, dan 0,02 persen.