Bank Indonesia (BI) mendorong investor untuk melakukan investasi berkelanjutan di luar Pulau Jawa, khususnya di Pulau Sumatera. Ini dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi disparitas regional. Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo menyampaikan bahwa Sumatera merupakan lokasi yang potensial untuk berinvestasi karena menyimpan banyak kekayaan sumber daya alam berupa minyak, perak dan emas kemudian produsen utama teh, kopi, beras dan jagung. Selain itu, Sumatera yang memiliki luasan hampir seukuran California juga menghasilkan seperempat dari PDB negara. BI menilai investasi berkelanjutan perlu diperkuat baik dari segi kerangka kebijakan maupun implementasi. Keberhasilan transisi menuju ekonomi global yang lebih berkelanjutan, sebut Dody, sangat bergantung kepada pendanaan yang berkelanjutan.
Adapun BI telah memiliki tiga strategi untuk meningkatkan instrumen keuangan berkelanjutan. Pertama, mengembangkan instrumen keuangan hijau dan investasi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif sebagai sumber pertumbuhan baru sekaligus memperluas tenaga kerja dan mendukung Paris Agreement. Semua elemen penting seperti taksonomi hijau, layanan verifikasi, sertifikasi hijau, lembaga sertifikasi hijau dan juga lembaga pemeringkat hijau, turut menjadi bagian dari ekosistem instrumen keuangan berkelanjutan.
Kemudian strategi ketiga adalah program peningkatan kapasitas dan bantuan teknis yang berkelanjutan penting untuk meningkatkan pemahaman dan keahlian semua pihak. Dari perspektif makroprudensial, BI mendukung transformasi hijau, melalui uang muka (down payment) yang lebih rendah untuk kendaraan listrik dan pinjaman khusus untuk nilai atau properti hijau.